SEBELUM ANDA MEMBACA BAGIAN KE -7 INI,
anda wajib membaca bagian sebelumnya, yaitu bagian ke enam
Riwayat nabi Muhammad sesunguhnya:(Bag. 6): PEMBANTAIAN
Dengan klik link dibawah ini:
KEMATIAN MUHAMMAD
Banyak versi yang menceritakan seputar kematian Rasulullah ini. Versi pertama, yaitu yang diakui kebanyakan pakar Islam adalah ia mati akibat diracun oleh wanita Yahudi di Khaibar. Versi kedua adalah ia wafat akibat penyakit yang dideritanya. Berdasarkan gambaran keadaan tubuh sebelum kematiannya diperkirakan ia mengalami radang paru2, pengkritik lain menyebutkan penyakit itu adalah syphilis akut (penyakit kelamin). Versi ketiga, yang beredar dikalangan Muslim Syiah, diceritakan bahwa nabi meninggal karena diracun oleh istri2nya sendiri, yaitu Aisha dan Hafsa, yang tidak tahan terhadap kebejatan Muhammad. Kisah ini diceritakan pada buku Tafsirul Iyasy, karya Muhammad bin Mahmud bin Iyasy v1, p 200.
KARENA
VERSI PERTAMA ADALAH VERSI YANG PALING DAPAT DITERIMA KAUM MUSLIM, OLEH
KARENA ITU KITA HANYA AKAN MEMBAHAS VERSI PERTAMA INI.
Muhammad
meninggal di tahun 632 M, pada umur 62 tahun. Kematiannya diakibatkan
karena pengaruh racun yang dimakannya di Khaybar 3 tahun sebelumnya,
jadi selama 3 tahun Muhammad berkutat dengan racunnya tersebut,
berjuang mati2an agar dapat lepas dari pengaruh racun yang menggerogoti
tubuhnya.
Khaybar adalah
sebuah daerah yang ditempati oleh masyarakat Yahudi. Dua bulan sebelum
penyerangannya di Khaybar, Muhammad bersama 1500 pengikutnya yang taat
berangkat untuk melakukan Umrah (ibadah haji minor) di Mekah. Akan
tetapi karena merasa takut para muslim melakukan kekacauan, pihak Mekah
tidak memperkenankan Muhammad dan pengikutnya untuk masuk kota dan
memaksa mereka berkemah di tempat yang bernama Hudaibiya tak
jauh dari Mekah. Ketika di sana, akhirnya Muhammad membuat perjanjian
bersama kaum Quraish untuk berdamai selama 10 tahun dan kaum Quraish
akan mengijinkan Muhammad masuk Mekah mulai tahun berikutnya untuk
melaksanakan ibadah Haji dengan para pengikutnya. Perjanjian ini
kemudian disebut dengan perjanjian Hudaibiya.
Setelah
menandatangani perjanjian ini, Muhammad dan pengikutnya meninggalkan
Mekah. Para muslim rupanya tidak senang dengan perjanjian tersebut,
mereka menilai perjanjian itu sangat menguntungkan pihak Quraish.
Apalagi dengan perjanjian itu, kaum Jihadis menjadi kehilangan
kesempatan untuk merampoki orang2 Mekah. Muhammad sadar bahwa dia harus
terus menerus menghadiahi para Jihadisnya dengan barang2 rampokan,
karena jika tidak meraka akan kehilangan iman terhadap dia. Saat itu
terjadi kemarau hebat di Medina. Lalu di perjalanan pulang ke Medina
itu, dia memutuskan untuk melakukan serangan mendadak terhadap kaum
Yahudi. Karena semua kaum Yahudi di sekitar Medina telah dirampoki dan
dimusnahkan, satu2nya yang tersisa hanyalah mereka yang tinggal di
Khaybar.
Untuk meyakinkan dan menyenangkan pengikutnya atas perampokan ini, Muhammad menurunkan Sura al-Fath (Kemenangan, Sura 48). Di sura ini ALLAH MENJANJIKAN BARANG2 HASIL PERAMPOKAN BAGI PARA MUSLIM YANG BERGABUNG DALAM JIHAD.
Allah
menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu
ambil, maka disegerakan-Nya harta rampasan ini untukmu dan Dia menahan
tangan manusia dari (membinasakan) mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan
agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar Dia
menunjuki kamu kepada jalan yang lurus. (QS 48:20)
Sekitar 6
minggu kemudian Muhammad memimpin tentaranya dan menyerang masyarakat
Yahudi Khaybar. Akhirnya masyarakat Khaybar menyerah, Muhammad
memerintahkan para lelaki agar diikat tangan mereka, sementara para
wanita dan anak2 disekap secara terpisah. Melihat ini, suku Al-Aus
memohon agar nabi memperlakukan mereka dengan ringan. Muhammad
mengusulkan agar Sa‘d bin Mu‘adh, diberi tugas untuk menentukan hukuman
dan mereka setuju.
Sad bin Mu‘adh kemudian berkata; “Saya putuskan bahwa para laki2 mereka harus dibunuh dan anak2 serta kaum wanitanya harus diambil jadi tawanan”. Sahut Muhammad, “Hebat Sad! Engkau telah menjatuhkan putusan untuk mereka dengan putusan (menyerupai) keputusan Allah”. (Sahih Bukhari 52:280)
Ahhirnya
Sekitar 600-800 lelaki Yahudi dipenggal disana. Segera setelah Khaybar
ditaklukkan, seorang wanita Yahudi mempersiapkan makan malam untuk
Muhammad dan kroninya. Tanpa diketahui para Muslim, wanita ini telah
menaburi racun di daging domba yang disajikan untuk makan malam.
Muhammad memakan sebagian daging itu dan mati karenanya tiga tahun
kemudian.
MARI KITA LIHAT BEBERAPA KISAH YANG MENCERITAKAN HAL PERACUNAN MUHAMMAD INI:
Ibnu Sa'ad, "Kitab al-Tabaqat al-Kabir" v2. p.249:
Rasul Allah dan sahabat2nya makan daging itu. Daging (kambing) itu
berkata: “Aku diracuni.” Dia (Muhammad) berkata kepada para sahabatnya,
“Tahan tanganmu! Karena daging ini telah mengatakan padaku bahwa
dirinya diracuni!” Mereka lalu membuang daging2 itu dari tangannya,
tapi Bishr Ibn al-Bara mati. Rasulullah meminta dia (wanita Yahudi)
dihadapkan kepadanya dan dia bertanya padanya,”Apa yang membuatmu
melakukan hal itu?” Dia menjawab, “Aku ingin tahu apakah kau benar2
seorang nabi, yang jika memang benar maka racun ini tidak akan
mengganggumu, dan jika kau ternyata seorang nabi, maka aku akan dapat
membebaskan masyarakat dari dirimu. Muhammad mengeluarkan peritah dan
dia pun dihukum mati
Ibnu Sa'ad, p.251, 252:
…. Rasulullah menyuruh memanggil Zaynab dan berkata padanya, “Apa yang
membuatmu melakukan apa yang kau telah lakukan?” Dia menjawab, “Kau
telah lakukan pada masyarakatku apa yang telah kau lakukan. Kau telah
membunuh ayahku, pamanku, suamiku, aku berkata pada diriku sendiri,
‘Jika kau adalah seorang nabi, kaki depan itu akan memberitahumu, dan
yang telah berkata, ‘Jika kau seorang raja, kami akan mengenyahkanmu.’”
..Rasul Allah hidup sampai tiga tahu setelah itu sampai racun itu
menyebabkan rasa sakit sehingga ia wafat. Selama sakitnya dia biasa
berkata, “Aku tidak pernah berhenti mengamati akibat dari daging
(beracun) yang kumakan di Khaibar dan aku menderita beberapa kali (dari
akibat racun itu) tapi sekarang kurasa tiba saatnya batang nadiku
terputus.”
Sahih Bukhari 53:394;
Dikisahkan oleh Abu Huraira: …, Dia bertanya,”Apakah kau telah meracuni
sup domba ini?” Mereka menjawab,”Ya.” Dia bertanya,”Mengapa kau lakukan
itu?” Mereka menjawab, “Kami ingin tahu jika kau ini pembohong dan
kalau kau memang pembohong, kami akan menyingkirkanmu, dan jika kau
memang adalah seorang nabi, maka racun itu tidak akan mempan pada
dirimu.”
Tabari v 8, p.123, 124:
Ketika Rasul Allah beristirahat dari pekerjaannya, Zaynab binti.
al-Harith, istri dari Sallam bin. Mishkam, menyajikan baginya sebuah
daging domba bakar. Dia telah bertanya sebelumnya bagian domba manakah
yang paling disukai Rasul Allah dan diberitahu bagian kaki depannya.
Lalu dia membubuhi bagian itu dengan racun, dan dia juga meracuni
bagian lainnya. Setelah itu dia menghidangkan daging itu. Ketika daging
itu disajikan di hadapan Rasul Allah, dia mengambil bagian kaki
depannya dan mengunyah sebagian kecil, tapi tidak ditelannya. Di
sebelah dia terdapat Bishr bin al-Bara bin Marur yang seperti
Rasulullah juga mengambil bagian daging itu. Akan tetapi Bishr menelan
daging itu ketika sang Rasul Allah memuntahkan daging dan berkata,
“Tulang ini memberitahu diriku bahwa ia diracuni.” Dia bertanya, “Apa
yang membuatmu melakukan ini?” Wanita itu menjawab, “Bagaimana kau
telah memperlakukan masyarakatku sudah nyata di hadapanmu. Jadi aku
berkata, “Jika dia memang benar2 nabi, maka dia akan diberitahu; tapi
jika dia seorang raja, maka aku akan dapat menyingkirkannya.””. Sang
Nabi mengampuninya. Bishr mati karena daging yang dimakannya.
KEADAAN MUHAMMAD MENJELANG KEMATIANNYA
Sahih Bukhari 59:713:
…,Dikisahkan oleh Aisha: Sang Nabi dalam penderitaan sakitnya yang
mengakibatkannya mati, biasa berkata, “Wahai ‘Aisha! Aku merasa sakit
karena daging yang kumakan di Khaybar, dan saat ini, aku merasakan urat
nadiku bagaikan dipotong oleh racun itu.”
Ibnu Sa'ad, p.263,
Sesungguhnya selama dia sakit, sang Nabi melafalkan "al-Mu'awwadhatayn"
(Sura 113, dan 114), dan meniupkan udara ke atas tubuhnya sambil
menggosok-gosok wajahnya. (Ini adalah usaha untuk sembuh).
Ibnu Sa'ad, p.265;
Rasulullah jatuh sakit dan dia yakni Jibril, berdoa baginya sambil
berkata, “Dalam nama Allah aku berdoa untuk mengusir semua yang
melukaimu dan menangkal semua yang dengki padamu dan dari semua mata
yang jahat dan Allah akan menyembuhkanmu.”
Ibnu Sa'ad, p.322;
Sesungguhnya, ketika Rasulullah merasa sakit, dia meminta kesembuhan
dari Allah. Tapi atas sakitnya yang menyebabkan dirinya mati, dia tidak
berdoa untuk minta kesembuhan; dia biasa berkata, “Wahai jiwa! Apa yang
terjadi atas dirimu sehingga kau mencari berlindung di setiap tempat
perlindungan?”
PERISTIWA KEMATIAN MUHAMMAD
Ibnu Sa'ad p.322:
Ketika saat terakhir sang Nabi semakin menderita, dia biasa menarik
selimut menutupi mukanya; tapi ketika dia merasa tak nyaman, dia
menyingkirkannya dari wajahnya dan berkata, “Kutukan Allah bagi orang2
Yahudi dan Kristen yang membuat kuburan2 para nabi mereka sebagai
tempat keramat.”
Ibnu Hisham, Sirah NA p.679:
Lalu penyakit sang Nabi bertambah buruk dan dia menderita sakit hebat.
Dia berkata, “Siramkan air tujuh kantung kulit dari sumur2 yang berbeda
ke atas tubuhku sehingga aku bisa ke luar bertemu orang2ku dan
memerintahkan mereka.” Kami membantunya duduk di sebuah baskom tempat
mandi milik Hafsa d. Umar dan kami menyiramkan air ke atasnya sampai
dia menjerit,”Cukup, cukup!” …Lalu beberapa istrinya mengelilinginya …
ketika pamannya Abbas ada bersamanya, dan mereka setuju untuk
memaksanya minum obat. Abbas berkata, “Biar kupaksa dia,” tapi
merekalah yang kemudian melakukannya. Ketika dia sembuh dia bertanya
siapa yang memperlakukan dirinya seperti itu. Ketika para istrinya
berkata padanya itu adalah perbuatan pamannya, dia berkata, “Ini adalah
obat2an yang dibeli para wanita dari negara sana,” dan dia menunjuk
arah Abyssinia [Ethiopia]. Ketika dia bertanya pada para istrinya
mengapa mereka melakukan hal itu, pamannya menjawab, “Kami khawatir kau
akan menderita pleurisy” Muhammad menjawab, “Itu adalah penyakit yang
tidak akan diberikan Allah padaku. Tidak ada seorang pun yang
berkunjung ke rumah ini sampai mereka dipaksa makan obat ini, kecuali
pamanku.” Maymuna [salah seorang istri Muhammad] dipaksa untuk makan
obat itu meskipun dia sedang puasa karena sumpah sang Rasul sebagai
hukuman atas apa yang mereka perbuat padanya.
Ibnu Sa'ad, p.680; Umm
Bishr datang kepada sang Nabi waktu Nabi sedang menderita sakit dan
berkata, “O Rasul Allah! Aku tidak pernah melihat demam seperti ini.”
Sang Nabi berkata padanya, ”Jika cobaan kita dua kali lipat beratnya,
maka anugrah kita di surga pun jadi dua kali lipat pula. Apa yang
orang2 katakan tentang penyakitku?” Dia (Umm Bishr) berkata, ”Mereka
bilang itu pleurisy.” Karena itu sang Rasul berkata, “Allah tidak akan
membuat RasulNya menderita seperti itu (pleurisy) karena itu tanda
kemasukan Setan, tapi (rasa sakitku adalah akibat) daging yang kumakan
bersama-sama dengan anak lakimu. Racun itu telah memotong urat nadiku.”
Ibnu Hisham p.682;
…. bahwa dia mendengar Aisha berkata: “Sang Rasul mati di pelukanku
saat giliranku (malam jatahnya ia dan Muhammad). Aku tidak berbuat
kesalahan apapun terhadap orang lain. Adalah karena ketidaktahuanku dan
usia mudaku sehingga Rasul Allah mati di pelukanku.
DARI KISAH KEMATIANNYA INI KITA DAPAT MEMBUKTIKAN BAHWA MUHAMMAD BUKANLAH NABI UTUSAN TUHAN.
Tujuan wanita
Yahudi meracun Muhammad adalah untuk membuktikan apakah Muhammad benar2
seorang nabi, ataukah hanya seorang pembohong. Allah rupanya terlambat
memberi peringatan kepada Muhammad, sehingga ia terlanjur memakan
sedikit dari racun tersebut. Ia merasakan ada hal yang aneh pada rasa
daging yang ia makan, kemudian ia berkata bahwa daging itu berbicara
padanya (???). Setelah itu ia berusaha mati2an untuk sembuh dari
pengaruh racun tersebut, mencari pengobatan kesana kemari. Bahkan ia
bersama Jibril berdoa untuk meminta kesembuhan dari Allah. Namun pada
akhirnya Muhammad wafat karena kutukan yang ia ucapkan sendiri;
Seandainya
dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami,
Niscaya benar-benar kami pegang dia pada tangan kanannya, Kemudian
benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak
ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami), dari pemotongan urat nadi itu. (QS 69:44-47)
Sungguh cara mati yang indah bagi seorang pria berumur 62 tahun, yang mengaku sebagai NABI TERAKHIR. Mati dipangkuan seorang Aisha, istri muda berusia 18 tahun. Dengarkan apa yang diucapkan Muhammad menjelang kematiannya;
Ya Allah! Ampunilah saya! Kasihanilah saya dan hubungkanlah saya dengan Teman Yang Maha Tinggi …(Sahih Bukhari 59:715)
SIAPAKAH TEMAN YANG MAHA TINGGI ? YANG PASTI BUKAN ALLAH ! BIARLAH IMAN ANDA YANG MENJAWABNYA !
0 komentar :
Posting Komentar